Pada
hari Rabu (14-08-2013) bertempat di Monument Geger Hanjuang Desa Linggamulya
Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya, yang ditandai dengan pemberian sembako
kepada kaum dhuafa dan uang kadeudeuh kepada para pengurus monumen Geger
Hanjuang. Hadir pada kesempatan tersebut, Sekretaris Daerah Kabupaten
Tasikmalaya, Para Asisten Sekda, Ketua TP PKK dan Dharma Wanita Persatuan, para
Kepala SKPD dilingkup Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, Camat dan para Kepala
Desa, Alim Ulama, Tokoh Pemuda serta tamu undangan lainnya.
Pada kesmpatan tersebut Bupati Tasikmalaya UU
Ruzhanul Ulum antara lain mengatakan, keberadaan komplek monument ini memang
belum sepenuhnya dibangun secara lengkap dan komprehensip sebagai sebuah ikon
historis, namun Pemerintah Daerah berkeyakinan bahwa spirit psikologislah yang
diharapkan memiliki pengaruh lebih kuat pada kita semua, spirit psikologis yang
saya maksudkan adalah “Spirit sebuah monumen yang memancarkan ketangguhan hati
dan ketetapan bathin untuk menghargai dan mewarisi semangat hidup dan semangat
juang para leluhur”
Lebih lanjut Bupati mengatakan, Sejarah adalah
refleksi, sejarah akan terulang tanpa kita sadari, dan sejarah akan memberikan
kita pelajaran. Kini di Tahun 2013, di usianya yang ke-902 tampak semakin nyata
bagi kita bahwa sejarah bukan hanya dokumen masa lalu, sejarah bukan hanya
romannya para penutur cerita, namun sejarah adalah cerminan bagi masa masa
depan, ini semakin meneguhkan dan meyakinkan bahwa kita adalah penerus mereka
“Kita bukanlah fajar yang menyingsing, kita hanyalah ayam yang berkokok setelah
fajar bersinar”. Melalui momentum ini, maka dengan penuh kesadaran mari kita
transformasikan nilai-nilai positif masa lalu bagi kehidupan kita saat ini dan
kehidupan kita dimasa yang akan datang dengan berkarya dan berkarsa secara baik
dan terus lebih baik bagi diri kita dan masyarakat.
Saya berharap kepada generasi intelektual
Tasikmalaya untuk terus mencermati Geger Hanjuang, karena saya yakin di
dalamnya tersimpan mutiara hikmah yang bisa kita jadikan bekal untuk senantiasa
bergerak dan bertindak dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan
bernegara, ungkap Bupati
Pada kesempatan itu pula Asisten Pemerintahan
dan Kesra Setda Kabupaten Tasikmalaya Drs. H. Iin Aminudin, M.Si., mengatakan,
riwayat singkat pemerintahan di Galunggung menurut Prasasti Geger Hanjuang
adalah prasasti ke 10 yang ditemukan di Jawa Barat, ia ditemukan oleh K.F.Holle
kira-kira pada tahun 1877, kemudian dibawa dan disimpan oleh DR.Krom pada tahun
1914, kini masih terpelihara dan disimpan di Musium Pusat Jakarta dengan Nomor
Inventaris D.26. Pembacaan yang pertama dilakukan oleh K.F.Holle dan hasil
bacaannya ditulis dengan judul Beskcheeven
Steen Uit Afdeeling Tasikmalaya Residenties Preanger, TBG 24, 1877 halaman
586, kemudian koreksi C.M.Pleyte pada tulisannya Het Jaartal Op Den Batoe Toelis Nabij Buitenzorg, TBG. 53, 1911. Dan
akhirnya koreksi Drs. Saleh Danasasmita serta Drs. Atja yang untuk kedua
kalinya, hasil bacaannya menjadi ; “Tra Ba I Gunna Apuy Nas Ta Gomati Sakakala
Ru Mata K Disusu (K) Ku Batari Hyang Pun”,
Tra Ba I Gunna Apuy Nas Ta Gomati Sakakala artinya tanggal 13 bulan
Badrapada tahun 1003 Saka, Ru Mata K
Disusu (K) Ku Batari Hyang Pun artinya rumatak (maksudnya rumatak) nama sebuah
tempat di Galunggung disusuk oleh Batari Hyang, tanggal 13 Badrapada Saka
setelah dihitung sama dengan 21 Agustus 1111 Masehi, yang dimaksud Rumatak
ialah nama sebuah tempat di Desa Linggawangi dan selain itu ada tempat yang
diberi nama Saung Gede yang dalam sejarah disebut Saung Galah artinya Keraton,
letaknya tidak jauh dari Kabuyutan Sanghyang, linggawangi adalah sebuah
kabuyutan yang dianggap sakral pada jamannya. (E-75)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar